Bisnislampung.com – Siapa yang tidak tahu Warren Buffett, salah satu investor legendaris dan miliarder paling produktif yang dikagumi di Amerika Serikat (AS) bahkan dunia. Pengalaman dan prinsip-prinsip bisnisnya, banyak menginspirasi para investor, miliarder, manajer, bahkan CEO dari berbagai perusahaan di AS juga global.
Salah satunya adalah Marc Andreessen, legenda teknologi Lembah Silikon (Silicon Valley) dan pemodal ventura. Dalam wawancaranya dengan Bloomberg, Selasa (3/8/2021), Marc Andreessen mengatakan nasihat investasi terbaik yang pernah diterimanya adalah dari Warren Buffett.
Pendekatan Warren Buffett, yang dikenal sebagai investasi nilai, adalah kebalikan dari investasi cepat kaya yang spekulatif seperti mata uang kripto. Strateginya mengharuskan investor untuk tidak hanya mendalami berita terbaru, tetapi juga fokus pada fundamental perusahaan saat memutuskan di mana harus mengalokasikan uang mereka.
“Ini nasihat investasi terbaik. Anda harus benar-benar tahu apa yang Anda lakukan. Sangat memahami sifat dari apa yang Anda investasikan,” kata Marc Andreesen seperti dikutip dari www.idxchannel.com.
Seperti diketahui, mata uang kripto kini telah menjadi sorotan dunia karena spekulatif dan rapuh dengan pemberitaan, bahkan cuitan dari tokoh dan miliarder seperti Elon Musk. Nilainya yang melonjak signifikan pada awal tahun, namun perlahan tergelincir hingga merugikan banyak investor, telah membuat sejumlah otoritas keuangan negara-negara melarang transaksi dengan mata uang kripto.
Hal ini, kemudian memunculkan kembali sejumlah prinsip investasi yang diajarkan Warren Buffett, yang telah dituangkannya dalam buku bertajuk “Warren Buffett on Business: Principles from the Sage of Omaha”.
Berikut tiga prinsip dasar investasi dari Warren Buffett yang banyak ditiru investor bahkan miliarder dunia, yang dikutip dari buku “Warren Buffett on Business: Principles from the Sage of Omaha” :
1. Ketahui Bisnis yang ingin Anda Investasikan
“Jangan pernah berinvestasi dalam bisnis yang tidak dapat Anda pahami”.
Warren Buffett mengatakan, seorang investor harus berpegang teguh pada apa yang diketahui, saat ingin berinvestasi. Artinya, dia hanya membeli saham dalam bisnis jika mengerti apa yang dilakukannya dan bagaimana bisnis itu akan terus menghasilkan uang untuknya di masa depan.
Hal itu, dibuktikan Warren Buffett dari portofolio saham yang dimilikinya, diantaranya Coca-Cola, American Express, dan Apple. Ketiga perusahaan ini terbukti terus berkembang dan menghasilkan keuntungan bagi pemegang sahamnya.
Menurut dia, kebanyakan investor pemula biasanya terjebak pada iming-iming keuntungan atau saham IPO (penawaran umum perdana), namun kemudian melepaskannya dengan mudah hanya karena berpegang pada investasi keuntungan, bukan investasi nilai.
Warren Buffett menyarankan investor untuk merangkum bisnis yang berpeluang terus berkembang di masa depan, memiliki pasar tertentu, atau sangat dibutuhkan orang banyak, untuk dapat dikoleksi sahamnya. Misalnya saham teknologi, perusahaan air minum, dan merek fesyen mewah.
2. Beli Saham Berkualitas
“Jauh lebih baik untuk membeli perusahaan yang bagus dengan harga yang wajar, daripada perusahaan yang wajar (standar/biasa) dengan harga yang luar biasa (mahal).”
Investor harus memahami apa yang dilakukan perusahaan dan juga mengetahui berapa banyak yang harus dibayar untuk sahamnya.
Strategi investasi awal Warren Buffett adalah membeli saham yang sangat murah. Kualitas mereka tidak terlalu penting jika harganya sangat murah. Karena itu, dia yakin dia masih bisa menghasilkan uang.
Namun fokus Warren Buffett kemudian berubah menjadi membeli saham dengan keunggulan kompetitif yang kuat, atau diistilahkan sebafai parit ekonomi. Sesuai sifatnya, perusahaan semacam itu tidak terlalu umum dan biasanya lebih dihargai.
Warren Buffett percaya bahwa setelah menemukan perusahaan yang baik, investor aktif harus bertaruh besar. Jika tidak, ia mungkin masih akan tetap melacak pergerakan indeks. Dia mengumpamakannya dengan memisahkan gandum dari sekam. Meskipun membutuhkan waktu, investor tetap dapat meyakini bahwa perusahaan yang sahamnya dikoleksi dapat mengumpulkan pendapatan untuk tahun-tahun mendatang.
3. Jangka Panjang
“Jika Anda tidak berpikir untuk memiliki saham selama sepuluh tahun, jangan pernah berpikir untuk memilikinya selama sepuluh menit.”
Dengan berita yang datang deras dan cepat setiap hari, ada kecenderungan untuk berpikir bahwa investor perlu bereaksi terhadap segalanya.
Tapi Warren Buffett tidak setuju dengan hal itu. Dia berpikir bahwa kelambanan adalah kunci untuk meningkatkan kekayaan. Inilah mengapa dia mengatakan periode holding favoritnya adalah jangka panjang atau ‘selamanya’.
Meskipun sesekali menjual sahamnya, dia tidak pernah melepas seluruh kepemilikan dari portofolio saham perusahaan yang dikoleksinya.
Sebagai contoh, dia pertama kali mulai berinvestasi di Coca-Cola pada akhir 1980-an dan masih memegang sahamnya hingga sekarang. (*)
Sumber: idxchannel
Komentar