Pesawaran – Dendi Ramadhona berencana memerangi bahaya Corona dengan mengajak tokoh dan relawan di Pesawaran untuk membangun narasi positif terkait penanganan dan pencegahan Covid-19.
Upaya ini dilakukan karena lonjakan kasus Covid-19 masih terus terjadi di Pesawaran hingga membuat daerah tersebut masuk zona merah alias risiko tinggi penyebaran virus corona.
Untuk menekan lonjakan kasus, Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona bersama Forkopimda setempat telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Bersama tentang pengetatan dan pembatasan kegiatan sosial kemasyarakatan atau hajatan guna percepatan penanggulangan Covid-19.
Dendi juga turun langsung ke desa untuk memastikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Diperketat dan penerapan protokol kesehatan di lingkungan warga.
Menurutnya, hal itu dilakukan agar masyarakat dapat penjelasan langsung dari jajaran pemerintah terkait bahaya virus corona.
Karena, kata Dendi, masyarakat Pesawaran saat ini terbagi menjadi tiga golongan. Yakni golongan masyarakat yang denial atau tidak percaya Covid-19, golongan masyarakat percaya Covid-19 namun tidak taat protokol kesehatan, terakhir adalah yang sudah menerima dan beradaptasi dengan kondisi.
”Gologan pertama ini adalah golongan orang-orang yang memiliki sentimen negatif dan gampang sekali termakan kabar negatif dan cenderung tidak percaya Covid-19. Saya tidak berharap mereka terpapar terlebih dulu, baru mereka meyakini bahwa Covid-19 itu nyata,” kata Dendi, Sabtu (17/7/2021).
Dari tiga golongan tersebut, lanjut Dendi, golongan kedua yang paling banyak ditemukan di Pesawaran.
”Saya menyebut sebagai golongan acuh (cuek). Mereka bersikap skeptis dan cenderung menaati aturan karena terpaksa,” terangnya.
Karenanya, Dendi terus berupaya maksimal untuk meyakinkan masyarakat golongan kedua tersebut agar tidak memberikan contoh kepada warga lainnya.
”Untuk merealisasikan hal itu, kami pemerintah tidak mungkin bisa sendirian, butuh dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Seperti tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, Dendi juga merekrut 25 relawan di tiap desa sebagai influencer untuk membantu pemerintah membangun narasi positif kepada masyarakat terkait bahaya virus corona yang kian mengerikan.
”Saya berasumsi bahwa PPKM Mikro kurang efektif diterapkan. Apalagi di desa-desa yang jauh dari pantauan. Banyak masyarakat desa yang minim kesadaran akan pentingnya prokes. Saya menilai salah satu cara terbaik dalam penanganan Covid-19 yakni dengan menerapkan komunikasi publik yang maksimal dan pendekatan kearifan lokal,” paparnya.
Upaya tersebut, menurut Dendi, juga diyakini dapat merubah pola pikir (mindset) masyarakat yang selama ini denial dan abai menjadi lebih peduli terhadap bahaya pandemi.
”Memang kita akui bahwa masyarakat sudah jenuh dengan pandemi ini karena sudah 16 bulan di sekitar kita. Apalagi selama ini mereka (warga) banyak disuguhi berita bohong di media sosial,” tambahnya.
Dendi pun telah mengingatkan jajarannya agar memperbaiki komunikasi publik untuk terus memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan mengutamakan pendekatan kearifan lokal.
”Tidak perlu bersikap arogan dalam menyampaikan kebijakan, termasuk kebijakan ekstrem seperti menutup pasar, misalnya. Sampaikan bahwa kebijakan ini merupakan cara terbaik untuk kesehatan dan keselamatan masyarakat itu sendiri,” ujarnya.
Kemudian menebar spanduk berisi imbauan dengan menggunakan bahasa Lampung. Juga menampilkan sosialisasi dalam bentuk visual yang kreatif dan unik.
”Apabila seluruh stakeholder ini dapat menciptakan narasi positif, maka saya yakin masyarakat percaya akan bahaya Covid-19 dan menyadari pentingnya prokes itu sendiri. Sehingga tidak menutup kemungkinan Pesawaran kembali ke zona kuning, bahkan bisa ke zona hijau,” pungkasnya. (*)
Komentar